Jumat, 23 Februari 2018

R-A-I-N.

Kau datang tiba-tiba tanpa memberi kabar padaku dan tidak beruntungnya kamu adalah datang disaat aku masih berharap kepada orang lain.

Aku tahu kamu sering datang tanpa jeda karena memiliki rasa hingga menyadarkan segala pikiran serta hati ini untuk berhenti melangkah dan berharap kepada ketidak pastian.

Saat kau tanpa rasa mengeluh terus menghujam padaku dan seketika itu juga mulai meninggalkan zona kenyamananku yang sebenarnya berisi siksaan bernama 'kenangan'.

Tetapi disaat aku akan memulai kisah dari awal, engkau malah pergi menghilang tanpa memberi ucapan perpisahan seperti saat engkau datang pertama kalinya, tanpa sebuah salam.

Keadaan ini awalnya aku anggap biasa karena aku masih percaya jika kamu akan tiba lagi, kembali lagi untukku.

Mungkin waktu sedang tidak mendukungku, karena hari demi hari telah berlalu engkau tetap saja tidak menjawab rindu dariku.

Apakah benar kata Dilan bahwa rindu itu berat? Tapi aku tidak percaya dengan pernyataan itu, karena di balik rasa rindu masih ada ruang untuk berjumpa walaupun hanya lewat untaian do'a.

Apakah karena kita berbeda kasta sehingga tak bisa berjumpa? Aku juga tidak berpikir sedemikian rupa, sebab, pada kenyataannya air dan minyak adalah dua hal yang tidak bisa bersatu tetapi masih bisa berdampingan.

Lalu alasan apa yang tepat untuk cerita kita? Mungkin alasan yang tepat adalah bahwa kamu itu seperti hujan dan aku sebagai pelangi. Karena hujan harus turun terlebih dahulu guna menciptakan sebuah pelangi yang indah.

Apabila kita memang ditakdirkan untuk menjadi seperti hujan dan pelangi yang ditugaskan untuk saling menunggu, Aku akan menerima kenyataan itu.

Karena aku tidak berminat menjadi malam yang menunggu senja berakhir ataupun menjadi embun pagi setelah fajar tenggelam.

Aku juga bukan tipe seseorang yang menjadi penikmat senja ataupun embun pagi yang hadir secara monoton tanpa ada tantangan.

Walaupun ada banyak orang yang mengatakan bahwa hujan juga penyebab musibah, tetapi aku tetap menganggap kamu adalah berkah serta anugerah yang hadir dalam hidupku.

Sebabb terkadang, kita memang harus melihat dari sudut pandang yang berbeda. Agar perbedaan itu tampak indah.

Dan seperti layaknya "i'rob jer". Aku tak dijadikan untuk 'Fiil' yang cintanya musiman. Aku hanya dijadikan untuk 'Isim' yang cintanya tak mengenal musim.

Arti dari semua ini cuma ada satu yaitu; ''waktu'', yang mengajarkan kita apabila menunggu membosankan, lalu apakah berpindah hati itu menyenangkan?

Demikianlah, walaupun musim penghujan berakhir, aku akan tetap setia menjadi pelangi yang selalu menunggu kehadiran hujan hingga entah sampai kapan. Sebab tidak ada yang tidak mungkin selama masih ada kehendak tuhan.

-Penulis_Cupu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar