Minggu, 17 Juni 2018

SENJA.

Tercipta dengan begitu banyak penikmatnya dan ada juga pembencinya. Sebagai jembatan keindahan menuju kegelapan, ibarat rasa kenyamanan berubah menjadi rasa terabaikan.

Ada banyak kisah yang tersimpan dalam senja. Senja kadang mengingatkan pada bahagia yang tidak ingin berujung namun juga bisa sebaliknya senja bisa mengingatkan pada luka yang tak ingin diingat lagi.

Banyak ribuan cerita yang terekam dibawah senja : senyuman indah, tawa lepas, alunan nada, bahkan tumpahan air mata pun juga ada. Senja tak pernah muak dengan semua itu karena memang dunia ini begitu adanya terus berputar, jadi jangan sampai berharap untuk terus bahagia pandailah menyukuri keadaan walau seberat meninggalkan senja kala sore itu bersamamu.

Senja pun tak egois, mengapa ? karena Dia memberi ruang bagi suasana lainnya untuk bergabung dengan bergantinya senja menjadi malam. Nampak gusar jika sudah memasuki malam, suasana dimana kita mengulang aktivitas satu hari kita yang jiika dipenuhi senang ingin terus saja senang dan jika sedih tak ingin kembali lagi pada hari itu.

Angin sore mengingatkanku pada tawa kecil kala dulu, tertawa sendiri di pinggir jendela rumah setelah mandi sore hanya untuk menemani senja sampai pulang, hati kecewa jika satu hari saja tak menemaninya pulang.

Aku kecewa tak tau jika dia, yah kuharap dia juga sama rasa. Jika ditanya sejak kapan aku suka senja, aku lupa kapan aku melihat senja pertama kali. Tapi jika kuingat lagi pasti aku jatuh hati pada indahnya langit yang tak terbendung jika di ucapkan. Jika ditanya mengapa ku suka ? cobalah kau pergi kala sore lalu liat dan nikmati senja, jatuh hati kah kau? Atau biasa saja? Karena presepsi dan sudut pandang setiap orang itu berbeda.

Arti dari kata-kata diatas adalah :
"Di kehidupan tidak hanya tentang kebahagiaan karena ada kata kesedihan, karena hidup itu tantangan sebab hidup adalah petualangan kita."

-Penulis_Cupu feat. Cela

Selasa, 27 Februari 2018

LANGIT MALAM.

Berawal dari matahari yang tenggelam dan berganti menjadi malam dengan berwarna hitam kelam yang mencekam.

Bersamaan dengan rinduku yang sedang bersemayam, serta rasa cintaku kepadamu yang mendalam.

Ibaratkan segerombolan awan melayang ke hidupku, entah membawa hujan atau badai, tapi menambah warna langit dimatahari terbenamku.

Kecantikanmu bagaikan 'Bulan Purnama', begitu indah serta memberi cahaya cerah dalam rasa resah, dan terlihat mempesona diantara banyaknya bintang.

Perhatianku kepadamu dimalam yang semu seperti hembusan angin yang berlalu, selalu setia kutunjukkan untuk dirimu walaupun engkau tak pernah mau tahu dengan segala hal itu.

Tapi engkau hanya memberikan harapan yang diibaratkan seperti 'Bintang', terlau jauh serta tinggi untuk aku gapai.

Padahal kita berdua selalu menatap langit yang sama, tapi takdir menunjukkan bahwa tujuan kita memang berbeda.

Dalam perjuangan ini aku sudah banyak berkorban, yaitu menjaga perasaanku yang hanya aku fokuskan kepada dirimu.

Tapi balasan dari dirimu hanya berisi rasa semu seperti orang yang membisu, tanpa tahu semua segala hal yang aku korbankan kepada kamu.

Engkau juga begitu tega memberikan kesempatan kepada orang lain untuk merasakan rasa kebahagiaanmu, tapi dirimu hanya memberikan kepadaku siksaan karena membiarkanku dalam kesendirian yang sangat menyedihkan.

Mungkin ini semua terjadi sebab Tuhan merasakan kecemburuan, karena aku terlalu berharap kepada ciptaannya, tetapi diriku lupa berharap kepada yang menciptakannya.

Langkah yang terkahir aku lakukan adalah disaat engkau tidur terlelap dalam sepertiga malam, aku diam - diam mengambil air wudhu, dan menghamparkan sajadah lalu mendo'kanmu dengan lirih;

"Ya tuhan jika memang ia yang terbaik untukku, persatukanlah kami atas izinmu, namun bila ia tidak pantas untukku, berhentikanlah perasaanku kepada dirinya."

Aku memilih cara itu karena aku bukan anak - anak yang suka keluar malam, tapi hanya anak yang suka mengerjakan solat malam untuk menenangkan semua permasalahan.

Arti dibalik semua ini adalah :

"Sebelum kita mendekati ciptaannya, kita harus mendekati penciptanya, sebelum kita merasakan penyesalan karena terlalu berharap kepada ciptaannya."

-Penulis_Cupu

Senin, 26 Februari 2018

Penyemangatku Yang Hilang

Setelah hari-hari yang sedih berlalu. Bulan-Bulan pahit memulihkan diriku. Aku menyadari satu hal; yang bukan untukku, sekeras apa pun kupaksakan, tetap saja tak akan menjadi milikku.
Yang kuperjuangkan sekuat usahaku, jika kau tak memperjuangkanku sepenuh hatimu, tetap saja kita akan berlalu.

Aku kembali mengingat hari lalu tentang kamu dan aku. Tentang hal-hal yang belum kita sepakati sebagai cinta. Aku pernah jatuh hati kepada seseorang dengan teramat dalam. Hingga aku membiarkan diriku tenggelam dalam hal yang pelan-pelan membunuhku. Orang yang akan aku cintai itu menusuk pelan-pelan jantungku. Ia berkhianat atas segala hal yang dengan sepenuh hati kuperjuangkan. Ia mencampakkan aku dan memilih orang lain melarikan dirinya. Ia terbang ke lembah terjauh. Menghilang setelah semua perasaan sayangku sekarat, sebab ia bunuh. Katanya, orang setia itu kalah dengan orang yang selalu ada. Waktu itu yang aku tahu hanyalah jatuh cinta bisa membuatku semerana itu.

Setelah kejadian itu aku memilih sendiri. Tak ingin jatuh lagi. Entah kenapa, aku merasa takut memercayakan hatiku kepada orang baru. Perasaan yang dulu kutinggikan bisa dengan mudah disia-siakan. Semua kesakit hatian itu membuatku merasa perlu sendiri untuk waktu yang tidak tentu. Dia yang awalnya kupikir penyembuh dan penyemangatku keluar dari masalaluku yang kelam ternyata akhirnya cuman sebuah kebohongan yang aku dapatkan.

Sejak mengalami hal-hal itu, aku mulai tidak ingin jatuh hati lagi. Aku pikir untuk apa menjalani semua itu dengan bermodalkan sikap setia, jika saat aku mencari bahagia yang kutemukan hanyalah luka. Bukankah seharusnya jatuh hati adalah cara untuk menemukan kebahagiaan diri? Namun, yang aku dapatkan hanyalah rasa disakiti.

Biar kudekap segala keresahanku. Biar kutenangkan segala perasaan yang menggebu. Kamu tetaplah terus bahagia. Tak pernah ke mana-mana. Jika kelak, kau merasa lelah berlari. Pulanglah pada tubuhku yang tabah mencintaimu. Ceritakan kepadaku segala sedihmu. Kita akan tetap bersama, sampai nanti, sampai kita tak mampu lagi menghitung hari. Meski kemungkinan yang tidak pernah kubayangkan, kau hanya mendekap menjadi bagian hati (tidak beserta raga) sebagai orang yang kucintai

Hidup terlalu pendek untuk dihabiskan dengan kesedihan berkepanjangan. Aku belajar menerima diri; bahwa aku memang bukan orang yang kau inginkan. Kelak, suatu hari nanti kau juga harus belajar menyadari. Bahwa kau telah melupakanku dan menjadikanku orang yang tidak penting lagi dihidupmu.

Tidak semua orang benar-benar berani melepaskan meski sudah di bunuh paksa hatinya.

BERUSAHA MELAWAN KEPENATAN DALAM PENANTIAN

Sabtu, 24 Februari 2018

MATAHARI.

Tercipta dengan begitu agung, bertugas untuk selalu menyinari dikehidupan ini, hingga menerangi jiwa-jiwa sepi.

Kehadirannya tanpa butuh 'penantian', kepergiannya tidak menunggu 'perintah', sebab melakukan itu semua karena kesadaran dirinya.

Apakah aku harus jadi seperti "Matahari" ? Yang selalu ada disaat kau tiada, selalu menemani walaupun tidak diakui, dan setia memberikan cahaya 'ikhlas' untuk bisa melihat engkau bahagia bersamanya.

Tidak ada kata untuk menyesalinya, karena kehadiranku memang untuk melihat kebahagiaanmu.

Walaupun aku harus membohongi hati kecilku ini, yang mempunyai niat ambisi memilikimu untuk menemani kisah-kasih dihidupku.

Tetapi akan terlihat begitu jahat, apabila aku menjerat engkau dalam niatku, karena yang diperoleh bagiku bukan kisah darimu, melainkan belas kasih dari kamu.

Lebih baik aku sadar diri, daripada harus memaksakan kehendak dan membodohi jiwa ini.

Memang yang seperti ini bisa dikatakan aku telah 'bertepuk sebelah tangan', tapi apakah diriku harus berhenti suka kepadanya ?

Tidak ada pikiran seperti itu dalam cerita hidupku, karena diri ini sudah seperti "Matahari" :

"Tetap menyinari meski engkau lupa berterimakasih, dan tetap menghangatkan walaupun aku tidak terlihat dikehidupannya."

Sebab langkah yang aku pilih dari awal yaitu dengan memperhatikanmu dari kejauhan. Dan, bersikap cuwek saat didekatmu. Itulah caraku menyukaimu secara diam-diam.

Arti dibalik semua pernyataan ini adalah "Rasa sakit yang hadir dalam hidup itu bertugas untuk menjaga kita tetap rendah hati, karena kita tercipta hanya sebagai manusia biasa, dan masih ada banyak hal yang diluar kuasa kita."

-Penulis_Cupu

Jumat, 23 Februari 2018

LAUTAN.

Luasnya warna biru muda yang terbentang dengan sangat indah, tercipta sebagai anugerah tapi dibaliknya tetap  ada musibah yang tersembunyi.

Ibaratkan seperti kamu yang datang kepadaku untuk membuat kisah indah, dengan memberi warna biru diwarna kelabu dalam hidupku.

Tapi setelah keindahan tersebut menjadi kisah, datanglah suatu musibah yang menciptakan suatu rasa yang disebut 'resah'.

Langkah awal yang aku pilih adalah untuk tidak mengambil kata menyerah, tanpa meredupkan kalimat 'perjuangan'.

Dengan seiringnya waktu terus berjalan, kata pantang menyerah sudah tidak memiliki arah.

Ibaratkan aku sedang terdampar di pulau yang dikelilingi lautan yang sangat luas, tanpa tahu arah dan pilihan terkahir yang harus diambil adalah 'pasrah'.

Kata 'pasrah' bukan aku tunjukan untuk menyerah, dan semua itu tidak akan merubah sepatah katapun dari perjuanganku.

Jalur satu-satunya adalah berjuang melalui 'istikharah' yang berarti doa dalam diam.

Aku percaya walaupun ada musibah seluas lautan didepan, aku akan tetap berdo'a bahwa akan ada kapal yang siap aku tumpangi untuk menikmati suatu keindahan dalam permasalahan seperti lautan.

Tanpa lelah aku berjuang dalam 'ikstikharah', karena dalam diri ini percaya bisa merubah suatu musibah menjadi hal yang indah.

Karena dipihakku masih ada tuhan yang maha mebolak-balikkan hati tanpa harus engkau sadari.

Dan apabila engkau memang tidak ditakdirkan untuk mendampingi hati, tapi aku tetap mensyukuri semuanya, sebab engkau sudah pernah menghiasi kisah kasih dalam hidupku ini.

Itulah "LAUTAN'' walaupun memiliki paras yang 'indah' tetapi masih memiliki hal yang tersembunyi bernama 'musibah'.

Yang bisa merubah kata 'pantang menyerah' menjadi 'pasrah' dan berakhir menjadi 'resah'.

Arti dari ungkapan semua ini adalah "seseorang yang hadir dalam hidup kita, hanya akan berakhir menjadi 2 :
apabila tidak menjadi pasangan hidup, berarti menjadi pelajaran dalam hidup kita."

-Penulis_Cupu

R-A-I-N.

Kau datang tiba-tiba tanpa memberi kabar padaku dan tidak beruntungnya kamu adalah datang disaat aku masih berharap kepada orang lain.

Aku tahu kamu sering datang tanpa jeda karena memiliki rasa hingga menyadarkan segala pikiran serta hati ini untuk berhenti melangkah dan berharap kepada ketidak pastian.

Saat kau tanpa rasa mengeluh terus menghujam padaku dan seketika itu juga mulai meninggalkan zona kenyamananku yang sebenarnya berisi siksaan bernama 'kenangan'.

Tetapi disaat aku akan memulai kisah dari awal, engkau malah pergi menghilang tanpa memberi ucapan perpisahan seperti saat engkau datang pertama kalinya, tanpa sebuah salam.

Keadaan ini awalnya aku anggap biasa karena aku masih percaya jika kamu akan tiba lagi, kembali lagi untukku.

Mungkin waktu sedang tidak mendukungku, karena hari demi hari telah berlalu engkau tetap saja tidak menjawab rindu dariku.

Apakah benar kata Dilan bahwa rindu itu berat? Tapi aku tidak percaya dengan pernyataan itu, karena di balik rasa rindu masih ada ruang untuk berjumpa walaupun hanya lewat untaian do'a.

Apakah karena kita berbeda kasta sehingga tak bisa berjumpa? Aku juga tidak berpikir sedemikian rupa, sebab, pada kenyataannya air dan minyak adalah dua hal yang tidak bisa bersatu tetapi masih bisa berdampingan.

Lalu alasan apa yang tepat untuk cerita kita? Mungkin alasan yang tepat adalah bahwa kamu itu seperti hujan dan aku sebagai pelangi. Karena hujan harus turun terlebih dahulu guna menciptakan sebuah pelangi yang indah.

Apabila kita memang ditakdirkan untuk menjadi seperti hujan dan pelangi yang ditugaskan untuk saling menunggu, Aku akan menerima kenyataan itu.

Karena aku tidak berminat menjadi malam yang menunggu senja berakhir ataupun menjadi embun pagi setelah fajar tenggelam.

Aku juga bukan tipe seseorang yang menjadi penikmat senja ataupun embun pagi yang hadir secara monoton tanpa ada tantangan.

Walaupun ada banyak orang yang mengatakan bahwa hujan juga penyebab musibah, tetapi aku tetap menganggap kamu adalah berkah serta anugerah yang hadir dalam hidupku.

Sebabb terkadang, kita memang harus melihat dari sudut pandang yang berbeda. Agar perbedaan itu tampak indah.

Dan seperti layaknya "i'rob jer". Aku tak dijadikan untuk 'Fiil' yang cintanya musiman. Aku hanya dijadikan untuk 'Isim' yang cintanya tak mengenal musim.

Arti dari semua ini cuma ada satu yaitu; ''waktu'', yang mengajarkan kita apabila menunggu membosankan, lalu apakah berpindah hati itu menyenangkan?

Demikianlah, walaupun musim penghujan berakhir, aku akan tetap setia menjadi pelangi yang selalu menunggu kehadiran hujan hingga entah sampai kapan. Sebab tidak ada yang tidak mungkin selama masih ada kehendak tuhan.

-Penulis_Cupu